Jakarta (18/6). DPP LDII menggelar Silaturahim Syawal pada Selasa (18/6). Acara bertema “Merajut Keindahan Ukhuwah Melestarikan Jati Diri Bangsa” tersebu dihadiri para tokoh nasional dan partai politik.
Dalam sambutannya, Ketua Umum DPP LDII Abdullah Syam menegaskan silaturahim ini merupakan pertemuan anak bangsa untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa, untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih baik.
Tampak hadir dalam pertemuan itu Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah, politisi PAN dan anggota DPR terpilih Lulung Lunggana dan Wa Ode Zaenah, Politisi PDIP Effendi Sianipar, Mindo Sianipar, perwakilan Kedubes Singapura dan Malaysia, Walubi, Ketua MUI DKI KH Munahar Muchtar, Ketua Yayasan Minhajurrosyidin Komjen (Pur) Nurfaizi, perwakilan Walubi, dan tokoh-tokoh lainnya.
“Forum ini menyatukan kami semua, bahwa LDII menunjukkan diri sebagai parpol yang tak berafiliasi dengan parpol manapun. Sehingga PDIP bisa datang ke sini membaur dengan tokoh-tokoh Islam launnya. Di sini PAN, Golkar, PDIP bisa mewujudkan ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah basariyah,” ujar Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah.
Basarah mengenang asal usul silaturahim Syawal yang kerap juga disebut halal bi halal.
Silaturahim syawal menurutnya mulai dilaksanakan pada 1948. Saat itu Indonesia dalam keadaan beroecah belah, para elit politik saling bertentangan. Bahkan ada pemberontakan DI/TII dan PKI. Lalu KH Wahab Chasbullah mengusulkan kepada Soekarno untuk mempertemukan para tokoh politik dalam suasana Idul Fitri, “Usul itu dilontarkan Kyai Chasbullah pada pertengahan Ramadan,” ujar Basarah.
Bung Karno saat itu menanyakan, Silaturahim Syawal itu dinamakan apa? Lalu Kyai Wahab lalu menyarankan dipakai istilah ‘halalbihalal’ dan Soekarno menyetujuinya. Sang Proklamator lalu mengundang semua tokoh politik ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahmi bertajuk ‘Halal bi halal’. Inilah yang kemudian disebut halal bi halal, “Yang di luar negeri disebut opeh house, sebagaimana menjadi tradisi umat Islam di Singapura,” ujar Basarah.
Basarah juga mengingatkan, agar tak ada lagi perpecahan di kalangan nasionalis dan umat Islam, “Lahirnya Piagam Jakarta dalam sidang-sidang BPUPKI, atas prakarsa Bung Karno. Ia menyadari peran umat Islam dalam merebut kemerdekaan,” ujar basarah.
Namun Bung Hatta melihat negara ini dibangun di atas berbagai agama dan golongan, ia melobi para ulama yang tergabung dalam BPUPKI, akhirnya disepakati Piagam Jakarta diubah menjadi kalimat Ketuhanan Yang Maha Esa,” ujar Basarah. Lobi Bung Hatta dalam masalah yang sensitif itu hanya dalam sekian jam bukan bertahun-tahun, begitu ujar Basarah mengagumi Bung Hatta.
Dalam kesempatan tersebut Ketua DPP LDII Chriswanto Santoso menanggapi kekaguman Basarah terhadap LDII, dengan mengatakan kehadiran para tokoh nasional dan para anggota DPR dari berbagai partai, karena LDII mengedepankan prinsip keterwakilan bukan keterpilihan.
“Seseorang bisa terpilih menjadi anggota DPR bisa karena uangnya banyak, sehingga terpilih namun ia belum tentu mewakili rakyat,” ujar Chriswanto. Dengan demikian, menurut Chriswanto, LDII selalu bisa bekerja sama dengan anggota DPR dari berbagai fraksi yang memiliki keterwakilan.
Dengan bersatunya seluruh komponen bangsa, DPP LDII menurut Chriswanto, berharap pembangunan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan. Pasalnya persatuan sangat penting sebagai modal pembangunan.