*Merawat Jati Diri Bangsa dalam Suasana Perbedaan
Jakarta (18/6). Keberagaman adalah anugerah terbesar bagi bangsa Indonesia, karena Allah memberikan negeri ini Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara. Dengan adanya Pancasila, bangsa Indonesia terus terhindar dari perpecahan. Indonesia tetap utuh meskipun negara lain seperti Yugoslavia dan Uni Sovyet runtuh.
“Allah memberi anugerah kepada bangsa ini dengan Pancasila, yang mampu menyatukan ribuan suku dan Bahasa serta agama, sehingga perbedaan di Indonesia muncul sebagai keberagaman dalam kebersamaan dan persatuan,” ujar Ketua DPP LDII Chriswanto Santoso yang diterima redaksi Swakarya.com.
Untuk membumikan perbedaan merupakan jati diri bangsa Indonesia, DPP LDII menggelar silaturahim Syawal dengan tema “Merajut Keindahan Ukhuwah, Melestarikan Jati Diri Bangsa”. Tema ini relevan untuk mengingatkan kembali, bahwa keberagaman bangsa Indonesia merupakan modal besar dalam pembangunan.
“Keindahan ukhuwah dapat dilihat dari bangsa ini, berbeda namun bisa tetap satu. Bangsa Indonesia teruji dalam berbagai peristiwa bersejarah, hingga tetap kokoh. Inilah yang jadi modal bangsa ini untuk menjadi bangsa yang besar,” imbuh Chriswanto Santos.
Namun Chriswanto mengingatkan, meskipun Pancasila telah menjadi konsensus nasional, setiap individu masyarakat memiliki kewajiban dalam merawat jati diri bangsa tersebut. Chriswanto mengingatkan terdapat etika atau adab dalam suasana yang beragam, apalagi dalam memahami perbedaan pendapat, adat istiadat, budaya, bahkan dalam pandangan ideologi.
Tak bisa ditampik dalam suasana perbedaan, setiap orang memiliki perasaan superior, untuk itu hal yang pertama dilakukan dalam menyikapi perbedaan adalah pertama, berlapang dada dalam menerima nasehat, masukan, bahkan kritik. Dalam perbedaan pendapat, lapang dada menjadi penting untuk menghindarkan seseorang merasa lebih dibanding yang lain, “Bila ada yang merasa lebih dan sulit menerima nasehat atau masukan. Inilah awal perpecahan,” ujar Chriswanto.
Kedua, selalu berkata yang baik walaupun fenomena yang dihadapi adalah peristiwa yang tak menyenangkan. Perkataan yang santun dapat menghindarkan diri dari benturan sosial, “Apalagi Indonesia terdiri dari berbagai suku dan budaya,” imbuh Chriswanto. Allah pun memerintahkan umat Islam untuk berkata-kata dengan baik, walaupun sifatnya menegur atau menyampaikan perbedaan pendapat.
Ketiga, menurut Chriswantro, perbedaan disikapi dengan musyawarah. Umat Islam di Indonesia terbiasa dengan musyawarah, karena hal tersebut diatur pula dalam agama Islam. Bangsa Indonesia, terbiasa dengan musyawarah mufakat, bahkan musyawarah masuk ke dalam sila keempat, yang merupakan ajaran Islam dan salah satu tradisi luhur bangsa Indonesia.
Musyawarah untuk mufakat ini menghindarkan diri dari dominasi segolongan atas golongan lainnya. Sehingga keputusan yang dihasilkan benar-benar adil bagi semua pihak, “Bayangkan tanpa musyawarah, keputusan hanya diwarnai dengan adu mulut yang justru menjadi pemicu perpecahan,” ungkap Chriswanto.
Dalam acara silaturahim Syawal ini, DPP LDII berharap, perbedaan merupakan jati diri bangsa Indonesia. Perbedaan bukanlah suatu hambatan, namun bisa dikelola menjadi modal besar dalam pembangunan. Perbedaan adalah keadaan untuk saling melengkapi satu sama lain, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang kuat dalam menghadapi perubahan zaman.