*Muhammad Tahir, milenial segudang prestasi dan Sarjana Muda penulis buku Zona Merah Mahasiswa
BAGI pria kelahiran Toboali, Sabpri Aryanto mengenal dekat bagaimana perjuangan Bung Muhammad Tahir, Milenial yang memiliki banyak prestasi dari hasil bakatnya menulis maupun mewakili Generasi Milenial Bangka Belitung dalam berbagai ajang di setiap Provinsi bahkan luar negeri seperti Malaysia.
Baginya Muhammad Tahir yang awal dikenalnya sejak tahun 2015 di kampung halamannya dusun Sungai Dua Desa Kotawaringin Kecamatan Puding Besar ini sudah memiliki daya tingkat intelektual yang dimilikinya sejak akhir kelas XII SMA, dia sangat aktif dengan rombongan kami waktu Kuliah Kerja Sosial (KKS) di tempatnya.
Dari situ ia mulai mengenal tentang literasi berawal semenjak tulisan saya yang selalu saya kliping hasil terbitan koran di dinding Posko yang menampung kami waktu itu, terinspirasi dari itu dia mulai bertanya seputaran dunia menulis maupun dunia kuliah. Dan bahkan sharing-sharing tentang jurusan yang harus diambil dia waktu itu saya pun menjawab kalau nggak sosiologi iya hukum dan ternyata dirinya diterima di Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Bangka Belitung.
Awal kuliah pun masih sering ketemuan untuk sharing-sharing dan pada akhirnya dia ikut masuk pengkaderan organisasi gerakan mahasiswa eksternal kampus seperti yang saya ikuti dan aktif dalam berbagai kegiatan.
Selain itu dia juga sangat aktif di kampus karena Muhammad Tahir merupakan sosok yang muda bergaul dengan siapapun mencari ilmu dari mana pun yang membuat diri mandiri dalam menjalankan roda kehidupan di muka bumi ini.
Berbagai perlombaan yang diikuti di tingkat lokal maupun tingkat nasional yang membuat dirinya penuh dengan berbagai pengalaman. Dan kemudian menghantarkan dirinya ke tanah negeri Jiran dalam rangkaian kegiatan di Malaysia tersebut dan bahkan dirinya bersama beberapa orang rekannya membentuk organisasi yang sesuai dengan minatnya yakni Komunitas Aksara Muda (KOSADA) Bangka Belitung yang membuat dirinya melahirkan berbagai karya baik buku maupun tulisan rublik koran dengan pemikiran dirinya sendiri, salah satu hasil karyanya yakni sebuah buku yang berjudul “Zona Merah Mahasiswa” yang menjadi inspirasi bagi kawan-kawan komunitas literasi yang digagas oleh dirinya.
Sampai diakhir semester pun dirinya ikut bergabung dengan organisasi kepemudaan yang sama seperti saya bahkan sampai sekarang sebagai wadah untuk tetap berproses dalam keilmuan, wawasan dan pengalaman.
Cerita kami berdua bukan hanya sebatas sahabat, junior dan senior tetapi sudah seperti hubungan saudara abang dan adik. Canda tawa pun kita lalui dalam menghadapi kerasnya kehidupan ini, dengan modal semangat dirinya tetap melangkah lebih maju dalam mencapai sebuah impian untuk cita-cita setinggi-tingginya.
Sampai pada Kamis, 17 Oktober 2019 dirinya diwisuda atas sarjananya yang membuat orang di sekelilingnya bangga seperti orang tua dan kerabat keluarga yang ikut bangga dengan pencapaian awal dia bisa meraih gelar sarjana dengan pujian. Ini merupakan langkah awal dalam kehidupan nyata yang akan dihadapi oleh dirinya.
Mengutip dari (Paulo Freire) “Panggilan manusia sejati adalah menjadi pelaku yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia serta realitas yang menindas atau mungkin menindasnya.” Semoga dengan kutipan itu dirinya bisa memaknai dan jangan muda puas untuk semua ini raihlah mimpimu kejarlah cita-citamu dalam menghadapi era digitalisasi saat ini. Dari sahabat mu sekaligus Abang mu, Bang Sudja / Sabpri Aryanto.