Klaster Pangan Mandiri PT BAA Jadi Contoh, Pemerintah Pusat Kasih Nilai Plus

Bangka, Swakarya.Com. PT Bangka Asindo Agri (BAA) mendapat nilai plus dimata pemerintah pusat.

Pasalnya, produksi tepung tapioka serta produk lainnya seperti Sago Mee yang diproduksi pabrik tersebut dapat menjadi salah satu produk unggulan dalam menjaga ketahanan pangan di daerah ini.

Oleh sebab itu, Kementrian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bersama Kementrian Pertanian serta Wakil Bupati Mappi Provinsi Papua didampingi Bappeda Babel serta Bappeda Bangka dan Dinas Pertanian Bangka mengunjungi PT BAA guna melihat sejauh mana progres yang dihasilkan oleh pabrik tersebut dalam menjaga ketahanan pangan, Selasa (1/9).

Disela sela kunjungannya, Direktur Pengembangan Daerah dan Kawasan Kementrian Bappenas, Drs. Sumedi Andono Mulyo mengatakan kunjungan ini dalam rangka melihat secara langsung sejauh mana kesiapan Pemerintah Daerah dalam penanganan covid-19 sekaligus pemulihan ekonomi di suatu wilayah.

“Selain memantau perkembangan didaerah ini,kunjungan ini termasuk untuk melihat ketahanan pangan. Karena ketahanan pangan itu sangatlah penting sebagai pondasi pemulihan ekonomi kedepannya,” katanya.

Menurut dia, sesuai kebijakan Presiden RI, sinergi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah harus saling berkesinambungan sehingga klaster pangan mandiri di suatu wilayah dapat terwujud demi memulihkan perekonomian suatu wilayah ditengah pandemi covid saat ini.

Sementara, staf Bappenas, Vellix Indarto menambahkan, produk yang diproduksi PT BAA ini sangat menjanjikan. Sebab, pemerintah ingin mendorong ketahanan pangan tersebut tidak hanya dari satu komunitas saja, seperti beras.

Sedangkan kata dia, di Bangka Belitung sendiri terutama Kabupaten Bangka sudah mampu mengolah sagu yang mana bahannya berasal ubi/singkong dibuat menjadi tapioka sehingga hal yang menjadi contoh bagi provinsi lain dalam menjaga ketahanan pangan.

“Karena di Babel ini ada komunitas lain selain beras, yakni sagu yang dianggap sebagai bahan alternatif. Ubi/singkong ini berbasis masyarakat dan itu adalah model yang dapat kita dipelajari supaya Pemerintah Pusat dapat melihat apa yang terjadi di level Provinsi maupun Kabupaten yang berklaborasi dengan pihak swasta lainnya, kita dapat menemukan model mana yang tepat untuk diterapkan di Provinsi lainnya,”katanya.

Sementara, Wakil Seketaris Dirjen Kementan RI, Antarjo mengaku, untuk merubah Babel menjadi wilayah pertanian membutuhkan waktu mengingat hingga saat ini biji timah masih menjadi primadona bagi masyarakat setempat.

Kendati demikian, ia menawarkan pola pertanian ini dengan lebih menyentuh ke masyarakat sehingga efeknya dapat berdampak dengan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

“Artinya memanfaatkan masyarakat banyak,seperti menghasilkan sagu dari ubi/singkong. Sehingga hilirisasi dapat berkombinasi dengan peternakkan bahkan pemanfaatan untuk memproduksi suatu bahan makanan. Seperti di PT BAA ini memproduksikan Instant Noodle (Sago Mee) dan ini sangat luar biasa sekali,”katanya.

Dengan demikian, kata dia, Kementan bersama Bappenas akan merancang hal tersebut supaya lebih besar lagi, terutama klaster pangan mandiri milik PT BAA Kabupaten Bangka ini yang berdampak positif bagi daerah ini salah satunya menciptakan lapangan pekerjaan.

“Jadi dengan adanya pemanfaatan produksi ini, jangan sampai pemuda-pemudi Kabupaten Bangka ini berangkat ke kota rantauan mencari pekerjaan yang belum begitu jelas. Bangunkanlah kejayaan Pulau Bangka ini melalui sektor pertanian berbasis agro indrasih,seperti produksi Instant Noodle (Sago Mee) dan hal itu dapat mengurangi zerois,”katanya.

Sementara itu, Direktur Utama PT BAA Kenanga, Aho mengatakan dengan adanya kunjungan seperti ini, pihak perusahaan dapat berdiskusi dan mengali tentang potensi-potensi terkait sumber daya yang saat ini akan dikembangkan oleh PT BAA.

“Dengan dukungan Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten dan elemen masyarakat merupakan bentuk suport yang sangat luar biasa. Mudah-mudahan kita bersama bisa bersinergi dalam mewujudkan kemajuan Babel, terutama Kabupaten Bangka. Apalagi jika klaster pangan mandiri PT BAA ini akan menjadi model dan contoh yang nantinya akan diterapkan di seluruh Indonesia,”katanya.

Penulis : Lio

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait