Revolusi Industri 4.0, Antara Kebangkitan & Tantangan Indonesia

Oleh : La Ode Inta, KBI Sulawesi Tenggara

Revolusi industri 4.0 tidak asing lagi di telinga kita karena memang pihak pemerintah lewat Kementrian yang mengurusi Industri dan bidang terkait lagi gencar- gencar mencanangkan sosialisasi secara masif dilapisan masyarakat,  baik itu dari Barat Indonesia hingga ke belahan Timur pelosok Indonesia.

Tentu saja kehadiran nya membutuhkan banyak persiapan dalam menyambutnya dan akan menjadi resolusi kebangkitan & tantangan baru bagi Indonesia terkhusus generasi muda.

Misalnya saja terkait banjirnya kelahiran para sarjana muda Indonesia apakah mereka mampu bersaing dan menjadi pencipta lapangan kerja baru ataukah mereka ini, menjadi gelandangan dalam proses mencari kerja sehingga kemudian yang menjadi pertanyaan apakah kita sudah siap menghadapinya atau belum?

Nah inilah sebenarnya apakah Industri 4.0 menjadi Resolusi kebangkitan atau tantangan bagi Indonesia?

Karena memang Revolusi industri 4.0 akan membawa banyak perubahan di berbagai bidang bagi masyarakat Indonesia tentu saja  dengan segala konsekuensinya, industri akan semakin kompak, efisien dan pelayanan super canggih. Akan tetapi  ada pula konsekuensi  yang lain akan munculm

Misalnya berkurangnya Sumber Daya Manusia karena akan tergantikan oleh mesin atau robot dalam penyelesaian pekerjaan apapun.

Apa sih Sebenarnya, yang dimaksud dengan revolusi industri 4.0? Secara sederhana saja industri 4.0 merupakan tren baru bagi dunia industrialialisasi yang telah mengkolaborasikan teknologi otomatisasi dengan teknologi system cyber.

Tentu saja Pada momentum  industri 4.0, teknologi manufaktur telah memasuki babak baru yakni tren otomatisasi dan pertukaran data secara masif.

Hal inilah yang  telah mencakup sistem cyber-fisik dan internet sebagai sumber data tercepat.

Tren tersebut telah mengubah pola pikir manusia di berbagai bidang kehidupan, karena memang Industri 4.0 telah di dukung oleh teknologi canggih dan teruji dalam penerapannya pada negara-negara maju dan termasuk  Indonesia itu sendiri.

Negara berkembang menuju proses negara maju yang mana akan terkoneksi di berbagai bidang kehidupan  dalam hal ini termasuk ruang lingkup ekonomi, politik, sosial- budaya, dunia kerja, dan termasuk juga lifestyle dari masyarakat.

Menurut  ekonom Jerman Prof. Klaus Martin Schwab, yang pertama kali dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution (2017), beliau menyampaikan  bahwa saat ini kita berada pada awal sebuah revolusi yang secara fundamental mengubah cara hidup, pekerjaan dan saling berhubungan satu sama lainnya.

Perubahan pada era revolusi industri 4.0 telah mempengaruhi berbagai sendi kehidupan manusia dan sangat jauh berbeda dengan perubahan revolusi industri sebelumnya.

Kadang kita tidak pernah terlintas dalam pikiran dan itu akan benar-benar terjadi dalam mendukung usaha para stokholder dalam dunia bisnis.

Misalnya saja dalam bidang transportasi dahulu ada angkot dan ojek sebagai pendukung bisnis nah sekarang  adanya Grap online, Go Jek , go food dan usaha transportasi digital lainya semakin pesat.

Nah sudah bisa kita pastikan akan terjadi kesenjangan pendapatan diantara pengusaha bidang transportasi.

Disitu akan kelihatan siapa yang menguasai pengoperasian teknologi makan dia lah akan diuntungkan, Karena mau tidak mau konsumen dalam ini masyarakat lebih memilih pelayanan super cepat, tepat dan nyaman

Selain itu, hanya ada pada pelaku usaha yang di dukung oleh teknologi canggih, sedangkan pelaku usaha yang tidak menggunakan teknologi sudah di pastikan mereka akan kesulitan dalam memanage marketingnya ataupun memasarkan produknya kepada konsumen.

Memang tak bisa dipungkiri semakin pesatnya teknologi saat ini bisa membuka inovasi- inovasi baru dalam hal urusan  lapangan kerja bagi mereka yang kreatif & inovatif.

Dan tentu saja itu sangat di dukung oleh menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, sebagaimana beliau mengatakan  bahwa Revolusi industri 4.0 justru memberi kesempatan bagi Indonesia untuk berinovasi.

Revolusi yang terfokus pada pengembangan sektor ekonomi digital dinilai menguntungkan sektor bisnis Indonesia.

Pengembangan ekonomi digital adalah pasar dan bakat, dan Indonesia memiliki keduanya. Ia tidak sependapat bahwa revolusi industri 4.0 akan mengurangi tenaga kerja, sebaliknya malah meningkatkan efisiensi dan produktivititas yang tepat dan cepat.

Akan tetapi di sisi lain bisa menghilangkan pula peluang kerja yang sementara di jalani sebagaimana pandangan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang P.S. Brodjonegoro, beliau mengatakan bahwa Dalam memasuki revolusi industri 4.0 Indonesia akan kehilangan 50 juta peluang kerja.

Nah perbedaan sudut pandang tersebut tentunya membuka cakrawala kita dalam mempersiapkan berbagai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam menghadapi Industri 4.0.

Karena kita perhadapkan diantara  lahirnya peluang-peluang kerja baru yang telah didukung oleh teknologi dan Inovasi-inovasi terbarukan & hilangnya pekerjaan yang dijalani akibat dari tak mampunya dalam menghadapi Persaingan di pasar Industri.

Nah, dimomentum inilah sebenarnya akan nampak sebuah kebangkitan atau tantangan bagi Indonesia terkhusus kaum milenial dalam memainkan peran sertanya nya pada Revolusi industri 4.0.

Sejauh mana kesiapan regerasi  muda sebagai Agent pembaharu ataupun aktor perubahan dalam menghadapi Revolusi industri 4.0. Karena kami meyakini Kaum generasi muda taupun milenial akan menjadi motor penggerak Revolusi industri 4.0.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *