Raih Gelar Guru Besar di Usia 41 Tahun, Prof Ibrahim Akui Bekerja Lebih Ekstra dan Kurangi Waktu Tidur untuk Menulis Karya Ilmiah

Swakarya.Com, Merawang. Prof. Dr. Ibrahim, M.Si, menjadi Profesor pertama besutan UBB yang saat ini juga sedang menjabat sebagai Rektor UBB. Ia berhasil meraih gelar Guru Besar setelah mencapai angka kredit yang tinggi, yakni 1134,65.

Rapat Terbuka Senat Universitas Bangka Belitung dengan Agenda Tunggal Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Ibrahim, M.Si. Bidang Ilmu Politik itu dilaksanakan pada Rabu pagi, 25 Januari 2023 di halaman Gedung Rektorat UBB.

Agenda pengukuhan guru besar kali ini, merupakan pelaksanaan pertama kalinya bagi UBB dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

Dalam acara pengukuhan gelar guru besarnya, Prof. Ibrahim mengambil tema pidato dengan judul “Kontestasi Elektoral Dalam Bayang-bayang Politik Identitas: Dari Instrumentasi, Inosensi, ke Konsolidasi Demokrasi”.

Dengan berhasilnya Prof. Ibrahim memperoleh gelar tertinggi dalam bidang akademisi, dirinya menegaskan bahwa ini merupakan suatu usaha secara sungguh-sungguh meskipun banyaknya tugas tridarma perguruan tinggi dan fokus mengumpulkan angka kredit merupakan tantangan tersendiri.

“Sering kali dosen banyak terbengkalai dengan capaian yang mereka harapkan. Hal itu dikarenakan merasa nyaman dengan aktivitasnya, sementara ada angka kredit yang harus dikejar,” ungkap pria kelahiran Sungai Selan tersebut.

Dirinya merasa bersyukur dapat menjadi Professor pertama yang benar-benar berasal dari UBB. Walaupun sebelumnya sudah ada Prof. Bustami tetapi itu bukan murni berasal dari UBB secara langsung.

“Alhamdulillah, saya bisa mencapai garis finis cukup cepat dan masih ada 12 dosen lagi dari UBB yang berada satu tingkat di bawah professor dan sedang berjuang. Semoga ini segera menyusul dan menjadi peningkatan tersendiri bagi UBB,” ujar rektor.

Salah satu alasan tercapainya posisi Rektor di usia 38 tahun dan menjadi Profesor di usia 41 tahun. Ia mengungkapkan bahwa dirinya bekerja dalam bidang akademik lebih ekstra, seperti mengurangi waktu tidur untuk dimanfaatkan menulis karya ilmiah.

“Sebagai upaya saya mencapai Profesor ini, waktu tidur malam saya sejak lama sudah agak saya kurangi. Kalau dulu bisa tidur jam 10 malam, tapi akhir-akhir ini, saya tetapkan tidurnya jam 12 malam, karena harus menulis. Dan Istri sering protes hal ini. Cuma ya saya jawab, kalau tidak begini, saya tidak akan menjadi professor lebih cepat,” jelas Ibrahim. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait