Penambang Timah Diingatkan Jangan Rusak dan Buang Limbah di DAS

Koba, Swakarya.Com– Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Tengah (DPRD Bateng), Batianus menyoroti aktivitas penambangan pasir timah yang kini marak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).


Disisi lain, politisi Partai Golkar ini mengakui, dengan kenaikan harga timah secara drastis, telah memberikan peluang bagi masyarakat Babel khususnya Bateng untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


“Sektor pertambangan masih menjadi primadona masyarakat Babel, khususnya Kabupaten Bangka Tengah. Dengan naiknya harga timah membuat aktivitas tambang pun meningkat. Sebab sektor pertambangan bisa mensejahterakan masyarakat dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah di masa pandemi Covid-19 ini,” katanya kepada wartawan Senin (8/11/2021) tadi.


Turunannya, euforia timah mahal saat ini telah membuat sebagian besar masyarakat di Bangka Belitung beralih mengambil peluang sebagai penambang timah.

Warga yang tadinya petani, pedagang, nelayan dan pekebun, ikut berpindah haluan menjadi penambang timah kecil-kecilan dikarenakan harga timah terdongkrak mendekati Rp200.000 per kilogram.


“Tentunya hal itu dapat meningkatkan daya beli masyarakat kita dan mendorong perputaran perekonomian di masyarakat yang begitu cepat, sehingga perekonomian daerah pun ikut tumbuh dengan cukup baik,” tambahnya.


Akan tetapi, kata Batianus, euforia beralihnya pekerjaan masyarakat menjadi penambang timah ini mengancam banyak sektor. Diantaranya sektor pertanian, perkebunan, perikanan, pariwisata hingga sektor UMKM di daerah. Karena itu, ia mengajak masyarakat tidak terlena dengan sektor pertambangan.


“Sudah saatnya beralih ke sektor lain seperti pertanian, perkebunan dan perikanan serta pariwisata. Kini kita sudah kesulitan untuk mencari tenaga kerja di bidang pertanian dan perkebunan serta pelaku UMKM mencari tenaga kerja, sehingga berdampak buruk bagi keberlangsungan usaha UMKM dan sektor lainnya. Maka kita ajak kepada masyarakat tidak terlena dengan sektor pertambangan namun yuk beralih ke sektor lainnya,” tandas Batianus.


Menurut dia, dibalik peluang ekonomi penambangan timah yang baik sekarang ini pasti ada resiko, terutama terhadap lingkungan. Sehingga diharapkan masyarakat tidak terlena dan memperhatikan juga dampak buruk dari pertambangan, khususnya di Daerah Aliran Sungai.


“Kiranya para penambang tidak merusak DAS yang akan berdampak buruk pada kehidupan kita. Sebab tingginya sedimentasi limbah penambangan yang masuk dalam DAS kita, kami khawatir akan berdampak banjir dimana-mana. Apalagi beberapa bulan ke depan volume hujan akan meningkat,” katanya.


“Dan apabila melakukan normalisasi sungai, pastinya kita membutuhkan anggaran yang sangat besar sehingga menjadi beban bagi daerah dalam kondisi keuangan daerah di masa pandemi ini,” tambahnya.


Selain mengingatkan masyarakat penambang, Batianus juga berharap pemerintah daerah harus menjaga seluruh DAS yang ada di Kabupaten Bangka Tengah, sehingga terhindar dari kerusakan akibat aktivitas penambangan ilegal.


“Kita ingin penertiban tambang ilegal ini bisa ditertibkan oleh Satpol PP, sehingga DAS kita tetap berfungsi dengan baik. Dan dapat mencegah banjir serta baku mutu air sungai tetap terjaga demi keseimbangan ekosistem alam,” tuturnya.


Untuk tetap menjaga lingkungan dan mengurangi dampak banjir, Batianus menegaskan masyarakat tidak melakukan aktivitas penambangan di DAS. Termasuk tidak membuang limbah tambang ke DAS, sehingga tidak memunculkan musibah banjir. (Rilis.MPO-PG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait