Modern Mart vs Local Mart: (Menilik Antusiasme Masyarakat dengan Kehadiran Modern Mart)

Penulis: Tiara Ramadhani, M.Kesos
dan Michael Jeffri Sinabutar, M.Si., Dosen Sosiologi Universitas Bangka Belitung

Swakarya.Com. Ekspansi mini market pada akhirnya merambah masyarakat pasar di kepulauan Bangka Belitung. Pembangunan gerai mini market saat ini sudah mulai digenjot dan terlihat khususnya Kota Pangkalpinang. Pemerintah Provinsi Bangka Belitung sudah memberikan izin terkait pendirian bangunan dan izin operasi waralaba modern.

Impilikasi dari perizinan ini mewujud dengan beroperasinya gerai Indomaret di daerah kerabut, dan pasar padi. Sembari menunggu peresmian gerai indomaret lainnya, gerai transmart juga dalam proses merampungkan bangunan.

Secara geografis pendirian dan perizinan gerai ini terletak pada kawasan pemukiman penduduk, meskipun secara jarak cukup jauh dari pasar tradisional. Pemilihan lokasi perizinan modern mart diutamakan dengan jarak cukup jauh dari lokasi keberadaan para pemilik toko kelontong/toko kecil.

Perizinan expansi ke Bangka Belitung sebagai upaya agar kedepannya masyarakat Bangka Belitung terbiasa dengan kehadiran modern mart. Kebijakan tersebut juga bermaksud membuka mindset masyarakat Bangka Belitung untuk bisa menerima perubahan sosial yang terjadi.

Rencana expansi waralaba modern mart di Provinsi Bangka Belitung disebar dalam beberapa titik, meskipun secara kasat mata mempersempit peluang menarik konsumen mengingat penempatan gerai berada cukup jauh dari pasar tradisional, toko kelontong.

Namun tidak boleh dilupakan bahwa yang bermain adalah logika pasar, ketika mendapat ruang ekspansi justru sudah menjadi arena untuk melebarkan sayap produksi. Dengan kata lain modern mart perlu melakukan terobosan, tinggal bagaimana kemudian membuat inovasi dan kreatifitas melalui pelayanan serta produk. Tidak asing lagi bahwa ketika memasuki gerai indomaret akan disambut dengan senyum dan sapa begitu ramah dari para pelayan, selain ruangan yang adem dan sejuk menjadi kenyamanan tersendiri bagi pelanggan.

Konsumen juga dimanjakan dengan penataan barang begitu rapi dan teratur. Situasi ini memudahkan konsumen dalam mencari produk sesuai kebutuhan.

Perdebatan tentang perizinian gerai indomaret sudah berlangsung dalam kurun waktu satu dekeda terakhir. Situasi ini tidak terlepas dengan keberadaan para pemain pasar. Tak ayal akan terjadi perebutan konsumen dalam ruang pertarungan perebutan masyarakat pasar.

Mau tidak mau para pemilik warung kelontong akan menyesuaikan gaya baik dari pelayanan maupun ketersediaan produk. Titik pembeda terletak pada pertarungan kepemilikan modal. Bukan rahasia umum jika mini market secara finansial lebih diuntungkan dari warung kelontong. Para pedagang lambat laun semakin tidak berdaya dengan gempuran mini market. Antisipasi atas peluang gesekan antara pasar modern dan tradisional memang sudah disiasati dengan Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Permbelanjaan dan Toko Modern.
Berbicara lebih jauh mengenai modern mart dan local mart maka kita berbicara persaingan dan keunggulan, mungkin secara kasat mata memang akan lebih unggul modern mart. Selain memang sudah memiliki brand, dari segi bangunan fisik lebih modern, penataan jenis barang yang dijual lebih tertata, kelengkapan barang-barang, kenyamanan serta keramahan pegawainya.

Kondisi ini pada dasarnya menjadi point tersendiri bagi modern mart dalam menarik simpati konsumen, jika dibandingkan dengan local mart. Tetapi, itu bukanlah menjadi momok menakutkan bagi pemilik local mart untuk bersaing. Interaksi yang terjadi hanya pada saat pembayaran produk yang dibeli oleh konsumen, sering juga ditemukan ada upaya intervensi bagi pelanggan untuk memberikan donasi, meskipun konsumen tidak tahu menahu bentuk pertanggung jawaban donasi tersebut.
Pembangunan sebagai suatu keniscayaan, dalam artian abadi.

Pembangunan pada dasarnya merupakan sebuah proses perubahan yang direncanakan dan dikehendaki. Pembangunan yang dimaksud disini adalah tidak hanya menyangkut satu bidang kehidupan, tetapi juga berkaitan dengan berbagai kehidupan lainnya. Sehingga tidak mustahil pembangunan yang terjadi tersebut akan menimbulkan dampak pada subsistem kemasyarakatannya, khususnya subsistem sosial budaya.

Jika dilihat kondisi saat ini, dimana terjadi kontra akan kehadiran modern mart, maka hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi gejala-gejala sosial yang tidak dikehendaki akibat pembangunan.
Perubahan-perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat saat ini merupakan gejala normal yang dialami oleh seluruh masyarakat dunia. Hal tersebut dikarenakan perubahan telah terjadi sejak zaman dahulu dan teknologi yang canggih dan berkembang dengan cepat.

Selain itu, perubahan-perubahan yang saat ini terjadi begitu cepat yang juga membingungkan masyarakat yang menghadapinya. Selain kebingungan, hal lain yang dihadapi masyarakat adalah proses dari perubahan sosial tersebut, salah satunya adalah penyesuaian masyarakat terhadap perubahan (social equilibrium).

Social equilibrium adalah suatu keadaan atau kondisi yang harmonis dan serasi yang diinginkan oleh suatu masyarakat. Kondisi sosial-budaya masyarakat Bangka Belitung yang sekarang ini kondusif, tidak menimbulkan pertentangan dengan norma-norma dan nilai-nilai masyarakat, tidak menimbulkan kegoncangan, tidak memberikan pengaruh yang continue terhadap keserasian, tidak menimbulkan ketegangan serta kekecewaan diantara masyarakat, terlebih dengan UMKM-UMKM yang ada di Bangka Belitung tidak mengalami kegoncangan seperti menutup usahanya.

Pemerintah tidak bisa serta merta melupakan keberadaan dari warung kelontong. Untuk itu perlu ada regulasi yang mengakomodir keberlangsungan warung local dengan pembatasan izin pembangunan gerai. Mengingat bahwa kesejahteraan adalah milik semua masyarakat, tak terkecuali masyarakat pasar Kepulauan Bangka Belitung.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait