Kongres VII (K)SBSI Digelar Setahun Lebih Cepat, Johannes Ajak Pengusaha dan Pemerintah Maju Bersama dengan Serikat Buruh

Bogor, Swakarya.Com. Ketua Umum (Konfederasi) Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (K)SBSI Johannes Darta Pakpahan menyampaikan, bahwa pelaksanaan Kongres VII (K)SBSI dipercepat menjadi tanggal 05 – 07 November 2021 yang harusnya sesuai agenda organisasi baru akan dilaksanakan di tahun 2022.

Hal itu kata Johannes, atas pertimbangan dari Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO).

“Karena ada musibah di (K)SBSI yang kehilangan Ketua Umum, Sekjen, dan Bendahara Umum di tahun ini, jadi ada kekosongan kekuasaan. Walaupun kami juga sudah menyelenggarakan Munas dan Rakernas untuk memilih penggantinya, dari pertimbangan MPO sebaiknya dilaksanakan Kongres agar lebih sah secara konstitusi AD/ART Organisasi,” ujar anak kedua dari almarhum Prof Dr Muchtar Pakpahan, SH. MA ini kepada awak media usai pembukaan Kongres (K)SBSI yang berlangsung di Hotel Bukit Indah, Puncak, Jawa Barat, Jumat (05/11).

Saat disinggung mengenai bursa bakal calon ketum dan sekjen yang akan maju di Kongres VII, ia mengatakan untuk calon ketum sampai saat ini belum ada nama yang muncul.

“Ini karena mungkin kawan-kawan lebih banyak fokus mengurusi masalah lapangan kerja di tengah kondisi Covid-19, jadi tidak fokus berkontestasi di internal. Kemungkinan besok, untuk Sekjen bakal ada 3 atau 4 calon yang akan maju, untuk Ketum masih belum,” ucapnya.

Ia melanjutkan, hasil roadshow yang dilakukan ke Koordinator Wilayah (Korwil) (K)SBSI di daerah-daerah saat menyerap aspirasi, kebanyakan dari Korwil memiliki beberapa kriteria calon DPP pada Kongres kali ini.

“Pertama, harus ada orang-orang yang memiliki hati untuk meneruskan serikat ini. SBSI ini unik karena kita tidak terlalu silau dengan gelar dan kehebatan seseorang, tapi kita lebih tertarik pada loyalitasnya pada organisasi dan pada perjuangannya.

Mungkin saat ini saya bisa mencoba memenuhi harapan itu, karena saya sebagai anak almarhum Muchtar Pakpahan sudah melihat SBSI dari mulai masa susah, agak enak, enak sekali, sampai susah lagi, saya melihat SBSI besar itu adalah sebuah cita-cita.

Setelah Kongres ini, saya berharap ada keputusan yang bisa dihasilkan untuk membantu para buruh, pengusaha, dan pemerintah agar bisa tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya bagaimana perjuangan lanjutan tentang UU Cipta Kerja yang perlu kita sosialisasikan dan kita perjuangkan setelah kongres ini.

Kedua, bagaimana usulan (K)SBSI untuk merespon kondisi Covid-19 yang seolah-olah tidak membaik, dari data statistik, Kementerian Tenaga Kerja bilang ’24 juta pekerja dan buruh yang akan kehilangan pekerjaannya’, sedangkan pidato presiden mengatakan, hasil UU Omnibus Law masuknya investasi asing dengan menghasilkan 600 ribu lapangan kerja baru.

600 ribu memang besar dan bagus karena ada lapangan pekerjaan baru, tapi angka buruh yang akan kehilangan pekerjaan lebih banyak. Saya harap kongres ini bisa menghasilkan ide-ide baru, trobosan baru yang bisa berguna dan diterapkan,” jelasnya.

Dampak Covid-19 ini tambah Johannes sangatlah besar, sehingga serikat buruh harus segera menemukan solusi untuk membantu pengusaha dan pemerintah agar dapat terus maju bersama.

“Buruh tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah dan pengusaha yang mencari solusi, karena jika pengusaha rugi, yang rugi buruh juga, pemerintah salah bikin kebijakan ya buruhnya yang kena. Maksudnya ayo kita sama-sama, lewat kongres ini harapan besarnya kita bisa menghasilkan ide-ide baru, agar bisa maju bersama,” tutupnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait