Hasil LSI Denny JA Umumkan, Enam Strategi Untuk Era New Normal

Jakarta, Swakarya.Com. Selamat tinggal era lockdown (PSBB). Selamat datang era new normal. Seperti umumnya banyak negara di dunia, secara bertahap Indonesia bekerja kembali ke luar rumah dengan memenuhi protokol kesehatan.

Namun New Normal juga membutuhkan New Strategi agar kita tidak mendatangkan pandemik gelombang kedua di satu sisi. Di sisi lainnya, kita mensimulasi kegairahan kembali di ruang publik untuk menumbuhkan ekonomi.

Demikian salah satu kesimpulan riset LSI Denny JA. Riset dilakukan dengan analisa data sekunder. Tiga sumber data yang digunakan: Data Gugus Tugas, Data Worldometer, dan data WHO.


Ada tiga alasan, mengapa era lockdown (PSBB) harus berakhir dan memasuki era new normal.

Alasan pertama, PSBB telah membuahkan hasil. LSI Denny JA menemukan aneka data pendukung yang memperkuat argumentasi keberhasilan PSBB.

1) Grafik data tambahan kasus harian covid-19 secara nasional menunjukan penurunan terus menerus sejak minggu ke-4 Mei 2020.

(2) Data nasional menunjukan jumlah mereka yang sembuh setiap harinya terus meningkat. Sementara mereka yang dirawat di rumah sakit (pasien aktif) terus menurun dari hari ke hari.

3) Dari data 38 wilayah yang memberlakukan PSBB menunjukan bahwa pasca PSBB, penyebaran virus di daerah tersebut relatif terkontrol.

Alasan Kedua, makin lama lockdown, resiko ekonomi makin tinggi. Ekonomi yang hancur akibat pandemi sama bahayanya dengan ancaman kesehatan virus corona.

Berbagai ulasan telah dikemukakan para ahli ekonomi bahwa pertumbuhan ekonomi dunia mengalami pelambatan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga mengalami penurunan. Itu berakibat pada berkurangnya pendapatan negara.

Hingga Mei 2020, pandemi corona tak hanya menyebabkan kehilangan jiwa warga namun juga kehilangan pekerjaan. Bahkan mereka yang kehilangan pekerjaan jauh lebih banyak daripada korban covid-19.

Kemenaker mempublikasi laporan. Terdapat 1.5 juta warga yang sudah di PHK. Sementara KADIN memperkirakan 15 juta orang yang potensial di PHK. APINDO bahkan memprediksi terhadapat 30 juta warga yang berpotensi di PHK.

Alasan Ketiga, sudah ada daerah yang berhasil mengontrol penyebaran virus corona tanpa melakukan lockdown (PSBB). Bali adalah contohnya.

Jumlah kasus harian di Bali mengalami penurunan. Angka rata-rata kematian (Case Fatality Rate) di Bali lebih rendah dibanding CFR nasional.

Di luar negeri, kita melihat contoh Hongkong, dan Swedia yang mampu mengendalikan penyebaran virus Corona tanpa melakukan lockdown.


Saat ini, perang melawan corona memasuki babak baru, yang disebut sebagai new normal. Warga kembali beraktifitas, berbagai sektor ekonomi bergerak kembali, namun dengan protokol kesehatan yang ketat.

Warga belajar ”hidup berdampingan” dengan virus corona yang setiap saat masih mengancam. Vaksin corona masih terus dikembangkan oleh para peneliti, para saintis, di berbagai negara. Namun vaksin paling cepat, jika berhasil, baru bisa digunakan pada tahun 2021. Karena membutuhkan 12-18 bulan prosedur normal pengembangan vaksin.

Di Indonesia, Balitbangkes bersama sejumlah perguruan tinggi dan juga swasta telah memulai proyek pengembangan vaksin. Namun kabarnya, vaksin tersebut baru bisa digunakan pada tahun 2022.

Ekonomi tak mungkin menunggu hingga 2021, apalagi 2022, untuk berjalan kembali. Ekonomi harus pulih agar menjamin tidak semakin banyak warga yang terkapar karena hancurnya ekonomi rumah tangga mereka.

Perlu ada strategi di era new normal, agar ia mampu menjaga keseimbangan antara kesehatan tubuh dari covid-19 dan kesehatan ekonomi.

Era baru menuntut cara penanganan yang baru pula.


LSI Denny JA merumuskan 6 (enam) strategi atau pedoman baru Indonesia di era new normal.

Strategi Pertama, tingkat pembatasan sosial diturunkan ke level RT/RW atau skala yang lebih kecil. Masuk ke era new normal, pembatasan sosial tetap diberlakukan jika masih ada potensi penyebaran virus, skalanya diperkecil.

Tidak lagi dalam skala luas, level kota/kabupaten atau provinsi, namun pembatasan diberlakukan di level RT/RW, desa atau cluster tertentu saja. Wilayah atau zona yang tidak terpapar virus (zona hijau) dapat kembali beraktivitas namun tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Bali yang sukses mengendalikan penyebaran virus tanpa PSBB menunjukan bahwa strategi pembatasan dalam skala kecil atau level terbawah memnbuahkan hasil.

Strategi Kedua, area atau cluster bisa buka tutup sesuai perkembangan kasus. Pembatasan sosial berskala kecil di level RT/RW, desa atau cluster (sekolah, pabrik, dll) dapat dibuka jika kasus di wilayahnya telah menurun (terkontrol). Namun area itu bisa segera ditutup kembali jika ada kasus baru atau peningkatan kasus.

Area itu bisa dibuka lagi jika kasusnya mulai terkontrol kembali. Dengan skala yang kecil, secara teknis pemerintah daerah dapat dengan mudah menutup dan membuka kembali wilayah tersebut.

Namun kebijakan ini tentunya harus ditopang dengan kemampuan pemerintah daerah dalam melakukan test virus (testing), dan kemampuan untuk melakukan pelacakan terhadap penyebaran virus (contact tracing), agar memudahkan dalam membuat mapping wilayah.

Strategi Ketiga, keterlibatan aktif pemimpin masyarakat. Semua pemimpin masyarakat di berbagai sektor harus terlibat aktif mengedukasi, menerapkan dan mengawal penerapan protokol kesehatan di lingkungan mereka masing-masing.

Para ulama/pedeta di tempat ibadah, pengusaha di mal, restoran, pabrik, kepala sekolah atau rektor di lembaga pendidikan dan lainnya, semuanya bahu-membahu menjamin bahwa protokol kesehatan diterapkan dengan baik.

Strategi keempat, mereka yang rentan lebih dilindungi. Data dari Gugus Tugas Nasional Covid-19 menunjukan bahwa diatas 80% mereka yang meninggal karena covid-19 berada pada usia 45 tahun ke atas. Data dari sumber yang sama juga menunjukan bahwa ada 5 (lima) penyakit penyerta yang berkontribusi terhadap angka kematian penderita covid-19.

Kelima penyakit tersebut adalah hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan penyakit paru kronis. Artinya dari data-data tersebut, mereka yang berusia diatas 45 tahun dan/atau memiliki kelima penyakit penyerta diatas harus lebih dilindungi.

Salah satunya di berbagai sektor usaha, tempat kerja maupun di rumah, mereka yang di atas 45 tahun dan membawa lima penyakit penyerta, dibolehkan untuk bekerja dari rumah (WFH), dan datang ke kantor sesekali saja, hingga vaksin ditemukan.

Strategi kelima, memperkuat imunitas. Para ahli menjelaskan salah upaya menahan lajunya penyebaran virus corona dengan memperkuat imunitas tubuh. Dengan imun tubuh yang kuat, dampak virus bisa diminimalkan.

Cara meningkatkan imun tubuh tentunya dengan makan bergizi, mengkonsumsi suplemen tubuh, vitamin (terutama vitamin C dan D), istrahat cukup dan olahraga teratur. Selama vaksin belum ditemukan, meningkatkan imunitas adalah adalah salah satu strategi penting.

Strategi Keenam, memperkuat fasilitas kesehatan dan peralatan medis di daerah. Dengan dibuka kembali aktifitas warga dan aktifitas ekonomi, secara bersamaan pemerintah pusat dan daerah harus terus memperkuat fasilitas kesehatan dan peralatan medis.

Diantaranya adalah fasilitas rumah sakit, ruangan ICU, ventilator, alat perlindungan diri (APD) untuk tenaga medis, laboratorium tes, dan ketersediaan tenaga medis. Hal ini untuk menjamin agar jika terjadi tambahan kasus di daerah, fasilitas kesehatan tetap mampu melakukan penanganan dan perawatan.

Dengan memperhatikan enam pedoman strategi di era new normal ini, diharapkan Indonesia mampu menjaga keseimbangan antara isu kesehatan dan isu ekonomi.

Era lockdown telah berakhir di berbagai negara. Indonesia pun akan segera berakhir. Mari kita sambut era NEW NORMAL dengan NEW STRATEGY.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait