Jakarta – Para petani kelapa sawit saat ini masih mengeluh soal merosot dan anjloknya Harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Keluhan ini disikapi cepat oleh Anggota DPR RI, Bambang Patijaya.
Bersama dengan Bupati Bangka Tengah, Algafry Rahman, Bambang selaku anggota DPR dari Daerah Pemilihan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung langsung mendatangi Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI, Selasa (5/7/2022).
Kedua politisi Partai Golkar yang cukup dikenal merakyat di Babel ini, saat tiba di Kantor Kemendag langsung menemui Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Jerry Sambuaga di ruang kerjanya.
Bambang dan Algafry menanyakan sebab turunnya harga sawit akhir-akhir ini serta meminta pemerintah pusat melalui Kemendag menstabilkan lagi harga TBS seperti yang diharapkan para petani.
Algafry yang akrab disapa Ayi juga didampingi
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM (Disperindagkop UMKM) Kabupaten Bangka Tengah, Ali Imron dalam kunjungan tersebut. Menurutnya, tindakan cepat harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi keluhan para petani sawit.
“Kita sudah menerima keluhan para petani, dan dalam menyikapi aspirasi petani sawit ini pemerintah daerah mengambil langkah responsif dan mencari solusi, sehingga kami didampingi Ketua Bambang Patijaya langsung menemui Wamendag,” kata Ayi kepada awak media ketika dihubungi tadi siang.
Bupati Ayi yang juga Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Bangka Tengah ini mengaku prihatin melihat harga TBS sawit ditingkat petani di Provinsi Bangka Belitung yang saat ini menyentuh di kisaran Rp1.000 per kilogramnya.
Karena itu ia bertanya secara langsung kepada Wamendag, Jerry Sambuaga terkait penyebab merosotnya harga sawit. Ayi juga diberitahu sejumlah persoalan tentang persawitan dari Wamendag.
“Kami sudah sampaikan kondisi harga TBS sawit di Bangka Tengah dan Bangka Belitung secara umum saat ini. Ternyata merosotnya harga TBS sawit ini terjadi secara nasional bukan hanya di daerah,” ungkap Ayi.
Lebih lanjut dikatakan Bupati, menurut informasi dari Wamendag bahwa penyebab anjloknya harga TBS salah satunya diakibatkan mulai berkurangnya armada tranportasi untuk pengiriman kegiatan ekspor keluar negeri sebagai imbas larangan ekspor CPO sebelumnya.
“Di tingkat nasional, pengiriman TBS sawit terkendala karena kurangnya armada atau transportasi untuk pengiriman atau ekspor ke luar negeri,” ujarnya.
Disisi lain, adanya kegiatan pembatasan ekspor yang dilakukan pemerintah pusat sebelumnya, membuat merosotnya harga TBS sawit ditingkat petani karena stok penyimpanan pabrik CPO penuh, sehingga perusahaan pengolahan sawit tidak membeli TBS petani.
“Ketika terjadi pembatasan ekspor, maka persoalannya kembali pada angkutan (transportasi-red) untuk ekspornya yang kurang, tempat penyimpanan produk olahan TBS sawit di pabrik-pabrik menjadi penuh, termasuk di Provinsi Bangka Belitung dan khususnya di Kabupaten Bangka Tengah,” tutur Ayi.
Meski demikian lanjutnya, menurut Wamendag Jerry Sambuaga, pemerintah pusat telah mengambil langkah langkah sebagai upaya untuk menangani permasalah ini. Salah satunya dengan dibentuknya satgas di tingkat pusat yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan.
“Kami juga sudah koordinasikan dan meminta tolong kepada Kemendag agar segera dilakukan upaya dan langkah-langkah cepat untuk menangani persoalan ini sehingga ada kenaikan harga secara bertahap,” pinta Ayi.
Untuk itu, sembari menunggu tindakan konkrit dari pemerintah pusat yang sedang membuka kembali kran ekspor CPO sawit dan menyusun berbagai langkah pemulihan stabilitas harga, Bupati Bangka Tengah ini berharap untuk sementara para petani sawit bersabar.
“Kita terus berupaya menyampaikan permasalahan sawit ini ke pihak-pihak terkait lainnya, agar kondisinya cepat pulih,” tukas Ayi.
Sementara itu, Bambang Patijaya yang juga Ketua DPD Golkar Bangka Belitung membenarkan informasi dari Wamendag yang disampaikan Bupati Bangka Tengah.
Menurutnya, anjloknya TBS sawit ditingkat petani juga terjadi di daerah lain, bukan hanya di Babel.
Bambang mengatakan, pencarian solusi terhadap keluhan petani sawit ini berangkat dari aspirasi masyarakat yang diterima Bupati Belitung Timur (Beltim) tempo hari. Kemudian ia mengajak Bupati Belitung Timur, Burhanudin bersama-sama menemui PJ. Gubernur Babel, Ridwan Djamaludin untuk mambahas dan mencari solusi jeritan petani. Demikian juga aspirasi petani yang diterima Bupati Bangka Tengah.
“Nah, pertemuan dengan Wamendag ini sebenarnya bagian dari rangkaian persoalan petani sawit dari Beltim yang kemudian Bupati Bangka Tengah menerima aspirasi serupa, sehingga saya selaku ketua dan anggota DPR RI harus menjembatani, membantu dan mendampingi bupati ke pihak kementerian,” jelasnya.
Semula kata Bambang, para petani dan elit di daerah mengira anjloknya harga sawit petani hanya terjadi di Babel saja. Sehingga terkesan kepala daerah dituduh tidak berbuat. Namun faktanya tidak, karena kondisi serupa terjadi juga di daerah lain.
“Karenanya saya ajak dan saya dampingi bupati ketemu langsung Wamendag ini agar semuanya bisa jelas dan dicarikan solusinya bersama. Saya juga habis kunker ke Medan dan daerah lain, persoalannya sama. Intinya ada dua persoalan yaitu persoalan PE (Persetujuan Ekspor) dan persoalan logistik dalam masalah sawit ini. Kita berharap setelah menerima aspirasi langsung dari kepala daerah, pemerintah pusat ini sigap dan cepat memulihkan keadaan,” pungkas Bambang. (Rilis.MPO-PG)