Harga dan Distribusi Pupuk Tidak Pasti, Politisi Golkar Minta Pemerintah Pusat Turun

Pangkalpinang, Swakarya.Com. Anggota Komisi II DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Heryawandi angkat bicara terkait ketidakpastian harga pupuk bagi petani di Provinsi Kepulauan Babel.
Diketahui, harga pupuk non subsidi dan pestisida kini melambung naik dengan kisaran harga ratusan ribuan rupiah yang dianggap kenaikan ini drastis mencapai 100 persen.


Dengan naiknya harga pupuk ini, membuat para petani mengeluh. Apalagi kenaikan harga ini bisa naik dalam waktu perjam.


Ketua Fraksi Golkar DPRD Babel ini mengatakan bahwa kini Babel dalam posisi sektor pertaniannya sudah bisa mengimbangi sektor pertambangan. Sebab nilai jual komoditas petani semakin baik dan bagus.


“Dalam kunjungan kerja Komisi II DPRD Babel ke daerah khususnya di tingkat petani, kami mendapat keluhan bahwa mayoritas petani mengeluh akibat ketidakpastian harga yang terus naik, bahkan naiknya berubah-ubah. Bahkan bisa perjam perhari,” ungkap Heryawandi kepada wartawan Selasa (7/12/2021).


Selain itu, legislator Daerah Pemilihan Kabupaten Bangka Barat ini mengaku bahwa petani saat ini sedang menghadapi persoalan yang serius dan harus segera diperhatikan. Karena disatu sisi harga komoditas pertanian meningkat, tetapi para petani malah mengeluh diakibatkan harga pupuk.


”Nilai jual petani naik, tetapi sisi lain harga pupuk melambung tinggi. Jadi saya menilai bahwa dengan nilai jual petani yang tinggi ini tenyata belum mampu membawa perubahan yang positif bagi petani. Akibatnya mereka harus menutupi biaya pupuk yang meningkat, yang mungkin belum sebanding dengan nilai jual produk petani itu,” paparnya.


Disisi lain, Heryawandi membeberkan bahwa ada faktor lain yang membuat harga pupuk melambung tinggi, tetapi dibalik itu harus menjadi evaluasi semua pihak.


Persoalan mendasar dari tingginya nilai jual pupuk ini menurutnya, bukan hanya soal distribusi melainkan juga mengenai produksi yang masih banyak bergantung dengan bahan impor. Apalagi Babel daerah kepulauan yang mungkin dalam proses pengirimannya pun pasti memiliki dampak.
Maka, kata Heryawandi jika Provinsi Babel ingin menjadikan pertanian sebagai sektor unggulan mesti ada langkah strategis dalam menyelesaikan persoalan ini.


“Kita berharap stakeholder dengan hal ini dan pemerintah pusat turut hadir menyelesaikan persoalan ini dan alternatif lain agar petani tidak mengeluh dengan harga pupuk yang mahal maka ini harus jadi perhatian khusus kita, bagaimana pengembangan pupuk organik yang sudah banyak disosialisasikan oleh banyak pihak harus terus digalakkan dan harus segera direalisasikan,” pintanya.


Tak hanya itu, Heryawandi menyoroti soal pendistribusian pupuk subsidi bagi para petani. Bahwa fakta di lapangan masih banyak distribusi pupuk yang tidak tepat sasaran, sehingga harus dievaluasi agar tepat sasaran.


”Dan kami berharap kepada pemerintah daerah mendorong pemerintah pusat untuk berupaya memberikan stabilitas harga khususnya komoditas petani di Bangka Belitung, sebab harga pupuk subsidi dan pestisida sudah dilimpahkan oleh pasar tetapi untuk Harga Eceran Terendah (HET) sendiri dapat diatur di pemerintahan pusat,” ujarnya.


“Jangan sampai semangat petani yang lagi menggebu-gebu malah dilemahkan dengan harga pupuk yang tidak pasti dan terus naik sehingga tidak ada kepastian harga. Karena bagi saya pasca timah sektor yang paling rill yang bisa dilakukan adalah sektor pertanian. Selain ada sektor lain seperti pariwisata, tetapi sektor pertanian ini mayoritas di pedesaan dan ini sudah dibuktikan dengan naiknya pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung salah satu penyumbang terbesarnya adalah sektor pertanian,” pungkasnya. (rilis.MPO-PG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait