Penulis: Yudi Septiawan, Dosen STISIPOL Pahlawan 12/KAHMI Institute Bangka Belitung
Swakarya.Com. Dunia pendidikan tanah air sempat terhenyak dengan kehadiran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Covid-19 yang sudah hampir 4 (empat) bulan singgah di bumi pertiwi sempat mengguncang pondasi pendidikan bangsa yang sudah lama berdiri kokoh, mapan, dan siap bersaing.
Bukan hanya di Indonesia, pendidikan di seluruh dunia pun merasakan dampak dari pandemi mematikan ini. Karena itu pula, Pemerintah Pusat dengan sigap mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 dan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 11 Tahun 2020 yang mengharuskan semua orang menjalankan aktifitas dari rumah (work from home), termasuk para guru dan siswa.
Selain itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga mengedarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Beberapa landasan di atas kemudian menjadi pijakan sekolah-sekolah untuk mengalihkan kegiatan belajar mengajar dari rumah (school from home).
Mengetahui hal tersebut, berbagai macam langkah pun ditempuh oleh sekolah-sekolah demi menyelamatkan roda pendidikan dan hak-hak belajar siswa.
Tak terkecuali, para guru pun merancang strategi khusus agar kewajiban sebagai pendidik tetap terlaksana sebagaimana mestinya. Begitu juga dengan siswa yang tetap belajar dirumah sembari dengan setia menantikan kiriman materi dan tugas dari guru mereka.
Guru, sebagai garda terdepan dalam mencerdaskan anak bangsa, dihadapkan oleh tantangan yang sesungguhnya, yaitu bagaimana menyampaikan kegiatan pembelajaran secara virtual. Hal itu tentu menjadi pengalaman perdana bagi seluruh insan pendidikan Indonesia sekaligus tantangan baru, yaitu mengubah sistem pembelajaran dari offline (tatap muka) menjadi online (dalam jaringan).
Guru menjawab tantangan
Merebaknya Covid-19 setidaknya memberikan shock therapy kepada seluruh elemen satuan pendidikan di negeri ini. Mulai dari kementerian, dinas pendidikan, kepala sekolah, guru, siswa, hingga orang tua siswa sangat merasakan dampaknya.
Namun, sebagai aktor utama, guru senantiasa menjadi tumpuan di lapangan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang secara komprehensif di awal semester pun harus disesuaikan dengan kondisi pandemi saat ini. Ini artinya, kreativitas dan inovasi guru mutlak dibutuhkan guna menyiasati keadaan ini.
Perlahan tapi pasti, para guru mulai bisa menyikapi mandeknya kegiatan pembelajaran. Hal ini juga sekaligus menepis anggapan bahwa pendidikan akan mati suri karena Covid-19.
Berbekal pengalaman dan kreativitas, para guru berhasil menyuguhkan berbagai cara kreatif, unik, serta menarik dalam menyikapi pembelajaran jarak jauh, seperti studysaster, vidgram, dan lainnya. Dua contoh pertama adalah konsep yang paling banyak dijumpai, mungkin karena pertimbangan proses penilaiannya yang sederhana.
Studysaster, misalnya, merupakan penggabungan dua kata bahasa Inggris yaitu study (belajar) dan disaster (bencana). Dikutip dari laman gtk.kemdibkud.go.id, konsep ini secara masif diterapkan sebagai salah satu media pembelajaran di SMP Negeri 1 Batu, Jawa Timur.
Secara konsep, studysaster mengintegrasikan pembelajaran yang dikaitkan dengan bencana yang sedang terjadi yang dituangkan dalam bentuk gambar atau karikatur. Melalui konsep ini, siswa bisa melatih kreativitas, dan juga mengkampanyekan pesan baik yang terkandung di dalam poster melalui media sosial.
Dengan kata lain, studysaster ini juga bisa menjadi alat ampuh untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya dan pencegahan Covid-19.
Serupa dengan studysaster, vidgram juga memiliki esensi yang sama, yaitu memberi pesan kepada penonton melalui media sosial. Hanya saja, vidgram lebih bersifat audiovisual. Media sosial yang digunakan pun lebih beragam, seperti Instagram, YouTube, Twitter, dan lainnya.
Melalui vidgram, siswa bisa mengasah kreativitas diri dalam menyampaikan pesan. Selain itu, vidgram ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi guru virtual dengan cara memaparkan materi-materi yang diberikan sesuai pemahaman masing-masing siswa.
Hal Positif Yang Muncul dari Pandemi Covid-19
Covid-19 memang meluluhlantahkan pilar-pilar negeri ini. Ekonomi dibuat lesu, pariwisata terancam bangkrut, dan pengusaha-pengusaha mikro makin tergencet.
Namun, Covid-19 sepertinya memberikan gairah baru terhadap dunia pendidikan tanah air. Memasuki era digital saat ini, siswa sudah begitu akrab dengan teknologi sehingga pendekatan tech-based-learning dalam school from home (SFH) menjadi lebih relevan.
Selain itu, hadirnya konsep belajar seperti studysaster dan vidgram secara tidak langsung juga bisa merangsang tiga aspek pada anak, yakni psikomotorik, afektif, dan kognitif. Bukankah tiga hal tersebut yang selalu kita harapakan sebagai hasil akhir (output) dari pembelajaran selama ini?
Covid-19 juga setidaknya ‘memaksa’ para guru untuk lebih aktif berselancar di depan laptop, dan mengaktifkan beberapa aplikasi guna menyokong kegiatan pembelajaran daring, seperti Zoom, Google Classroom, Microsoft Teams, dan lainnya.
Hal ini tentu akan sangat jarang terjadi apabila kegiatan belajar mengajar berjalan dalam kondisi normal. Saya yakin bahwa selalu ada nilai-nilai positif apabila kita melihat segala sesuatu dari sisi positif. Guru saat ini memang sedang diuji dengan adanya pandemi. Akan tetapi, guru yang memiliki kreativitas akan mampu melewati rintangan pandemi ini.
Argumen-argumen di atas tidak lantas membuat saya mensyukuri hadirnya Covid-19. Namun, pesan yang ingin saya sampaikan adalah Covid-19 sudah mengubah tatatan sistem pendidikan negeri ini menjadi setingkat lebih maju.
Sebagian besar guru dan siswa sudah mulai mengenal sistem pembelajaran berbasis teknologi. Teknologi adalah sebuah keniscayaan dalam bidang pendidikan, dan para guru di Indonesia sudah menunjukkan bahwa mereka sudah memulai hal tersebut dengan menelurkan hal-hal kreatif dalam pembelajaran di kelas.