Fenomena Covid-19, Berdampak Bagi Para Petani Sayur

Penulis: Evita Rahma Cahyani / Mahasiswi FH Universitas Bangka Belitung

Swakarya.Com. Seperti yang kita ketahui kehidupan bagi para masyarakat saat ini semakin hari semakin memburuk akibat covid-19. Banyak hal yang terjadi akibat pandemi ini, contohnya tidak sedikit masyarakat yang kehilangan pekerjaan mereka.

Terutama yang memengaruhi faktor perekonomian. Tetapi bukan hanya masyarakat saja yang mengalami kesulitan akibat covid-19 ini. Para petani pun mengalami hal yang sama terutama petani sayur yang lagi-lagi mengalami kerugian akibat covid-19 ini.

Para petani sayur saat ini harus dan lagi-lagi merelakan hasil panen mereka dengan harga yang murah. Dampak dari covid-19 ini tentunya sangat memengaruhi disektor perekonomian, perindustrian dll.

Contohnya turunnya harga bahan pangan ( sayuran dan buah-buahan). Wabah covid-19 ini tentunya membuat masyarakat semakin khawatir, pasalnya perekonomian semakin hari semakin memburuk. Bahkan petani sayur dan petani buah-buahan harus merelakan kerugian karna turunnya harga sayur dan buah di pasar.

Masyarakat pun mengatur pengeluaran mereka supaya lebih hemat dalam kondisi pandemi saat ini. Dan dapat disimpulkan kerugian para petani sayur bukan hanya masalah turun menurun harga, tetapi juga msayarakat yang dapat menanam sayur sendiri.

Bahkan di saat pandemi banyak petani sayur dan buah buahan yang rugi hingga puluhan juta di sebabkan oleh harga jual sayur dan buah yang turun derastis dan bukan berimbas pada petani dan pengepul sayuran saja bahkan para pedagang sayur di pasar juga mengalami imbas dari turun nya harga sayur dan buah tersebut.

Berdasarkan hasil observasi dan wawan6 penulis dengan salah satu petani tomat bapak Zainudin, berusia 35 di daerah Dempo Utara (PagarAlam) menjelaskan bahwa harga tomat di tingkat petani 400/kg padahal, menurutnya dalam kondisi normal masih berkisar 2.500 sampai 3.000/kg.

Padahal ia mengatakan rendahnya harga tomat tersebut, membuat petani mengalami kerugian karena hasil yang di dapat tidak sebanding biaya tanam yang dikeluarkannya (Biaya Pestisida, Bibit,dan Pupuk) Tomat yang sudah selayaknya di panen terpaksa dibiarkan membusuk selain itu ditambah dengan kondisi cuaca yang buruk terhadap tanaman tomat tersebut.

Tomat juga tidak bisa bertahan lama karena iya cepat membusuk, Petani lainnya juga sama mengalami kerugian, Bahri , 37, petani wortel juga mengatakan salah satu penyebab menurunya harga wortel juga dampak pandemi covid-19 yang membuat daya beli masyarakat kurang sehingga permintaan pasar pun menurun.

Menurutnya sejak Mei lalu, harga sayuran termasuk tomat mengalami penurunan harga terus menerus, bahkan setiap minggunya harga terus menurun. Biasanya sebelum pandemi covid-19, penjualan tomat paling rendah Rp 150ribu per kotak dengan berat 60 kilogram. Sekarang turun drastic menjadi Rp 25 ribu saja perkotak.

Bagi mereka hal ini tak sebanding dengan ongkos biaya pekerja yang di keluarkan sehari hari dan belum lagi termasuk ongkos untuk mnengantarkan sayur sayuran ke pasar atau ke pengepul sayur tersebut.

Kerugian itu makin dirasakan oleh pak Zainudin, dengan mengatakan bahwa untung dirinya memiliki lahan yang ditanam tomat merupakan lahannya sendiri.


Sehingga Zainudin berharap, wabah Covid -19 segera berakhir agar roda perekonomian, khususnya pertanian bisa kembali stabil.

Menurut penulis setelah mengetahui hal ini, tak sedikit petani tradisional yang menanggung kerugian cukup besar, sehingga ada yang terpaksa berhenti menanam sambil menunggu kondisi normal.

Biasanya pun di moment menjelang puasa dan lebaran itu kami bisa meraup keuntungan jika dibanding sekarang jauh berbeda.


Penulis berharap kedepannya harga sayuran petani bisa stabil kembali dan mendapatkan hasil yang memuaskan sehingga petani bersemangat untuk menanam dan mendapatkan hasil yang terbaik.

Selain itu, kedepannya harga tomat kembali norma dan tentunya kita semua berharap agar pandemi covid-19 ini bisa segera berakhir dan semua bisa berjalan kembali dengan normal yang tentunya kita bisa menghirup udara sehat lagi tanpa adanya penyakit, sehingga dunia dan manusia bisa mersakan hidup sehat, segar, sejuk dan aman.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *