Efek Demam Drama Korea Saat Pandemi Covid-19, Bikin Generasi Millenial Tak Bisa Move On Sampai Berdampak Pada Kesehatan Mental

Penulis: Amanda Azolla Prameswari, Mahasiswi FH Universitas Bangka Belitung

Swakarya.Com. Tak dapat dipungkiri, drama Korea atau yang sering dikenal dengan sebutan “Drakor” ini sangat digandrungi oleh berbagai kalangan, terutama generasi millenial. Saking gemarnya dengan serial dari negeri Ginseng ini, mereka bisa menonton sampai beberapa episode sekaligus setiap harinya.

Hal tersebut dipicu oleh drama Korea yang seringkali terdiri dari banyak episode sehingga membuat orang ingin menonton secara terus menerus sampai lupa akan waktu. Apalagi ketika pandemi covid-19 seperti sekarang ini, yang membuat para kaum millenial lebih sering menghabiskan waktu dirumah.

Drama Korea memiliki alur cerita yang menarik, serta kisah romantis yang dapat membuat siapa saja yang menontonnya menjadi terpesona. Apalagi cerita yang disajikan bak kisah nyata sepasang kekasih yang dapat membuat hati berbunga-bunga setiap kali memandang wajah tampan nan cantik dari pemeran drama Korea tersebut.

Namun, perlu kita ketahui bahwasannya kecanduan drama Korea cukup banyak memiliki dampak negatif bagi kaum millenial. Seperti lupa akan waktu, lupa makan, lupa belajar, lupa mandi, bahkan cenderung melupakan orang sekitarnya.

Para pecandu drama Korea sering kali rela begadang sampai larut malam demi menyelesaikan hingga episode terakhir.

Padahal, kebiasaan ini jelas tidak baik karena dapat menurunkan daya tahan tubuh dan meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti depresi, gangguan cemas, diabetes, dan tekanan darah tinggi.

Hal ini membuat para generasi millenial yang kebanyakan adalah para pelajar menjadi tidak fokus dengan jam belajarnya. Sehingga sering kali mereka bangun kesiangan ketika kuliah online berlangsung. Hal tersebut pun dapat menjadi pemicu amarah guru atau dosen karena keterlambatan para siswa ataupun mahasiswa tersebut.

Selain itu, kecanduan menonton drama Korea pun dapat membuat mood sering berubah-ubah. Misalnya saja ketika alur ceritanya sedih, maka yang menontonnya pun akan turut merasa sedih sampai berlinang air mata.

Dan juga mudah merasa senang sesuai kondisi yang ada pada film tersebut. Sehingga dapat membuat mood menjadi berantakan.

Tak jarang, para remaja sering kali melampiaskan amarahnya dengan orang sekitarnya ketika apa yang diceritakan pada drama Korea tersebut membuat dirinya merasa kesal akan pemeran antagonis di film tersebut.

Seperti mencubit orang sekitarnya sebagai pelampiasan kekesalannya ketika pemeran drakor tersebut melakukan tindakan yang membuatnya emosi.

Menonton drama Korea ternyata bisa membuat terobsesi, baik dengan cerita drama itu sendiri atau dengan pemerannya. Saat terobsesi, sangat sulit untuk berhenti memikirkannya atau bahkan tidak sabar menunggu kelanjutan ceritanya.

Hal ini secara tidak langsung bisa memengaruhi kondisi emosional dan berdampak pada terganggunya aktivitas sehari-hari.

Ini salah satu efek yang paling bahaya buat kaum millenial yang menjadi pecandu drama Korea. Karena ketika sudah terlalu menghayati cerita dalam drama Korea, mereka akan terbawa suasana dan perasaan yang terlalu dalam.

Sampai-sampai sering menghayal menjadi salah satu pemeran dalam drama Korea tersebut. Dan juga berharap agar cerita cinta mereka seindah jalan cerita di drama Korea.

Aktor pria di drama Korea memang memiliki sifat yang diidam-idamkan semua perempuan.

Sosok pria yang romantis, tampan, dewasa dan bertanggung jawab dapat membuat para kaum Millenial khususnya perempuan menjadi tergila-gila serta sering berekspektasi tinggi akan sosok pria tersebut.

Hal tersebut dapat membuat para perempuan kaum millenial menjadi patah hati apabila melihat pria idamannya tersebut memiliki hubungan spesial dengan wanita lain.

Apalagi soundtrack yang ada di drama Korea terbilang cukup sedih karena terbawa lagunya yang mellow. Tak heran, Soundtrack drama Korea memang cocok banget jadi lagu andalan saat patah hati.

Tapi kalau terus-terusan mendengarkan soundtrack drama Korea saat galau, dapat membuat kaum Millenial khususnya perempuan menjadi tak bisa move on.

Tetapi tidak semua orang menonton drama Korea, bahkan sebagian lainnya tidak menyukai hingga anti.

Maka dari itu jangan terlalu berlebihan ngobrolin drakor. Sampai-sampai mengetahui semua hal tentang aktris drakor, mulai dari gaya hidupnya, hingga makanan kesukaannya.

Menonton drama Korea memang sangat menyenangkan, tetapi alangkah lebih baik dapat membatasi dan menguranginya. Karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

Gunakanlah waktu saat pandemi ini secara bijak dan bermanfaat bagi dirimu dan orang lain, karena sebaik-baiknya manusia adalah dia yang paling bermanfaat untuk orang lain. Dan sesungguhnya ketika kita berbuat baik kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali kepada kita.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *