‘Duet Maut’ Sudja dan Acik, Kupas Tuntas Tentang Menulis Ilmiah & Jurnal Perjalanan

Pangkalpinang, Swakarya.com. Komunitas Aksara Muda (KOSADA) Bangka Belitung kembali menggelar Kelas Menulis di Minggu kedua, bertempat di ruangan Tin Milenial Hub Pangkalpinang, Jum’at (28/6/2019).

Kali ini kelas menulis membahas tentang tata cara menulis ilmiah & jurnal perjalanan, untuk kelas menulis ilmiah dimentori oleh Sabpri Aryanto yang terkenal dengan nama penanya Sudja, dan untuk kelas menulis jurnal perjalanan, dimentori oleh Nurjanah yang akrab disapa Acik.

Ketua KOSADA Muhammad Tahir mengatakan, kegiatan ini merupakan wadah generasi milenial untuk berbagi ilmu tentang tata cara membuat karya tulis ilmiah dan jurnal perjalanan.

“Selain itu agar nantinya dapat merangsang generasi milenial untuk menghadapi era revolusi industri 4.0,” imbuh Tahir kepada Swakarya.com.

Kelas menulis menurut Sudja saat ini perlu terus digalakkan agar menjadi sebuah kebiasaan sehingga generasi
milenial tidak tertinggal dalam era revolusi 4.0. “Karena hari ini jangan bilang penulis, jika tidak suka membaca, karena penulis harus banyak membaca mencari referensi untuk tetap semangat berkarya,” paparnya.

“Menulis bukanlah sekedar menyusun kata-kata menjadi kalimat, bukan sekadar menyusun beberapa kalimat menjadi paragraf yang bahkan seringkali banyak yang tak mampu, tapi terutama adalah sebagai disiplin berpikir untuk melahirkan sebuah karya yang akan selalu diingat sampai kapanpun.

Tujuan kelas menulis ini sangat baik sekali, Karena kamu bisa mulai berani untuk berkarya. Yang nanti hasil karyanya bisa kamu jadikan kumpulan tulisan atau mau jadi bahan di blog dan lain sebagainya,” imbuhnya.

Di lain sesi, Acik yang juga dipercaya sebagai mentor kelas menulis jurnal perjalanan mengatakan, dalam menulis berita perjalanan tidak harus terfokus pada kaedah 5w+1h.

“Dalam feature perjalanan harus ada fakta yang terjadi, harus juga ada opini, kemudian menggugah emosi atau ketertarikan manusiawi dan juga menggunakan gaya bahasa sastra.

Menulis feature perjalanan itu mudah, tidak harus ke gunung atau pantai. Misal kita ke museum timah, maka buatlah featurenya, selain membuat museum timah menjadi diketahui orang banyak juga membantu pemerintah dalam promosi objek wisata,” tungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait