Denny JA Sebelum Lahir Lembaga Survei

Penulis : Halimah Munawir

Swakarya.Com. Saya mengenal Denny JA bukan ketika telah menjadi king maker yang mampu memainkan otak di LSI (Lingkaran Survei Indonesia) miliknya yang berkantor di jalan Pemuda Jakarta Timur, hingga mampu tiga kali pemilu president dan 60 persen calon gubernur lolos menjadi gubernur. Atau ketika sudah menjadi  founding father tradisi baru survei opini publik dan konsultan politik di Tanah Air. Saya mengenalnya kala masih mahasiswa.

Adalah Budhy Munawar Rahman yang pada waktu Universitas Indonesia mengadakan “Pesantren Kilat” dimana saya ( Halimah ) dan sahabat saya Nazrina Zuryani ikut serta dan Budhy Munawar Rahman salah satu sumber pembicara yang membawa saya dan Rina (panggilan untuk Nazrina) untuk hadir di arena diskusi para mahasiswa yang di jalan Proklamasi. Sebuah tempat dimana bapak Djohan Effendi dan keluarga tinggal. 

Karena seringnya kumpul di jalan Proklamasi itu, maka tercetuslah nama KSP (Kelompok Study Proklamasi). Dan di era tahun 80-an ini, Kelompok diskusi pada masa itu adalah sebuah bentuk “gerakan mahasiswa ” yang masih bisa dilakukan di dalam masa pemerintahan represif, Suharto.

Dan dengan bantuan LSM dari Amerika, The Asia Foundation, KSP menerbitkan beberapa buku diantaranya Agama dan Kekerasan dan Masalah Masalah Pembangunan yang berserie.

Denny JA yang mempunyai suara khas, dengan aura kepemimpinannya secara aklamasi dijadikan ketua. Seingat saya , di awal berdirinya tercatat nama Budi Munawar Rahman, Andi Muhamad Asrun, Elza Feldi Taher, Jhonminofri, Jojo Raharjo, Ali Samudera Allah, Halimah (saya) dan sahabat wanita saya Nazrina Zuryani (maaf jika ada yang terlupakan)

Pada diri Denny JA bukan  saja memancarkan pesona seorang lelaki yang  membuat kaum hawa klepek klepek (jangan ge-er ya. Hahaha) tapi juga memancarkan  aura dan wibawa hingga Denny JA jadi ketua Kelompok Study Proklamasi di singkat KSP sebuah kelompok yang sangat diperhitungkan di eranya.

Saya waktu itu selain kuliah di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara juga menjadi jurnalis di sebuah media. Dan saya pernah di “kepo” in Denny JA. Dia dengan wajah gantengnya mencari rumah saya berjalan kaki masuk gang. (Kira kira dari jalan raya hampir setengah kilo meter.)

Kaget dong tiba tiba Denny JA ada di depan pintu rumah saya. Dan tahu kenapa Denny JA “kepo” in saya dengan rela berjalan kaki? Karena dia mau meminta hasil wawancara saya dengannya yang di muat di Media dimana saya kerja freelance. Ala makkkkk…

Itulah seorang Denny JA!
Kesuksesannya sekarang adalah karena mempunyai daya juang yang cukup ulet dan harus mendapatkan apa yang telah ia keluarkan. Walaupun itu sebuah pikiran buah wawancara!

Dan Seorang Denny JA yang saya kenal, adalah seorang yang tidak akan puas begitu saja dengan apa yang telah  di capainya. Ia selalu ingin membuat inovasi inovasi baru.

Hingga walau Denny JA sudah mempunyai nama di dunia politik, dia juga merambah dunia bisnis dari restaurant sampai property.

Bukan itu saja, Denny JA juga membuat terobosan di dunia sastra dengan genre baru yang  membuat heboh jagat sastra. Yakni puisi esai. Sebuah puisi yang panjang, berbabak, dengan catatan kaki. Hal yang tak pernah terpikirkan oleh para sastrawan sebelumnya. Dengan genre baru ini, topan dan badai tentu saja menghantam seorang Denny JA.

Tapi lawan lawan Denny JA harus mengakui bahwa apa yang dilakukan konsultan politik Denny JA itu adalah untuk membangkitkan  roh sastra yang mati suri. Atau memberi sperma agar sastrawan bunting dan melahirkan karya karya gemilang.

Karena sekarang, piawainya
Denny JA, bukan hanya dapat membangkitkan kembali dunia sastra di negeri tercinta Indonesia dimana dari sabang sampai marauke puisi esai membuming di dunia sastra melainkan juga di negara negara ASEAN.

Malaysia dan Brunei Darussalam paling getol membuat lomba puisi esai dan seminar yang mengkaji puisi esai.
Itulah sekilas tentang Denny JA di mata saya. Yang dulu ketika terjadi perpecahan dalam tubuh Keompok Study Proklamasi dan saya memilih “bercerai” dengan Denny JA yang membentuk kelompok baru bersama Jhonminofri Nazir dan Jojo Raharjo sementara saya masuk dalam kubu Budhy Munawar Rahman dengan mengontrak rumah di belakang gereja HKBP komplek Kodam dekat Kalimalang.

Namun “perpisahan” itu tak lama. Kami kembali kumpul dan mengontrak rumah di Rawasari. Seiring waktu berjalan, banyak mahasiswa lain tertarik untuk gabung dengan KSP.

Disini saya melihat Denny JA sudah sangat cantik dalam berstrategi dan menyebar virus kepada mahasiswa untuk bisa membuat pergerakan tanpa harus demo. Tapi melalui tulisan. Dapat di ibaratkan tulisan adalah sebuah pisau yang tajam.

Dan rupanya kalau boleh saya bilang itu merupakan moto dari Denny JA hingga jangan heran kalau setiap pagi pastinya Denny JA akan menulis di sosmed.

Sumber : Fans Fage Facebook Denny J.A’s World

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait